AMAN Dukung Nusantara Festival

Pertemuan Chairman Nusantara festival Dgn Pengurus AMAN
Pertemuan Chairman Nusantara Festival Ngurah Paramartha Dgn Sekjen AMAN Abdon Nababan & PB AMAN

Jakarta 23/6/2015 – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) akan mendukung penyelenggaraan Nusantara Festival yang akan berlangsung di Batur Kintamani, Bangli, Prov Bali 14-20 Agustus 2015 mendatang. Hal tersebut dipastikan setelah Chairman Nusantara Festival, Ngurah Paramartha bertemu dengan Sekjen AMAN Abdon Nababan beserta staf di rumah AMAN Jalan Tebet Timur Dalam Raya (23/6/2015).

Dalam pertemuan ini disepakati beberapa hal antara lain, AMAN sebagai organisasi Masyarakat Adat Nusantara akan membuka acara pada tanggal 9 Agustus. Hal tersebut berhubungan dengan perayaan Hari Masyarakat Adat Internasional (Himas). Kemudian AMAN akan menggelar pemutaran film dokumenter dan pameran Photo, pameran produk – produk komunitas adat.

Seminar tentang Pemetaan Wilayah Adat dan Perluasan Akses Pasar, Diskusi. Kuliner Nusantara dan Pementasan musik Nusantara di tempat yang sudah disediakan oleh panitia. Pada puncak acara 17 Agustus AMAN diberi waktu menggelar acara closing (menutup) tersendiri disamping acara yang juga telah disiapkan oleh panitia

Nusantara Festival

Nusantara Festival merupakan festival tahunan yang diselenggarakan oleh Bali Life Center bekerja sama dengan Komunitas Gigir Manuk dan Masyarakat Adat Wingkang Ranu, Batur – Bali. Festival ini dirancang berkelanjutan setiap tahun dengan fase pertama mencakup kurun waktu 7 (tujuh) tahun, sebagai wahana forum pertemuan bagi para penulis, pekerja kreatif serta aktivis budaya dan sejarah dalam kerangka dialog lintas batas dan pemahaman interkultural dengan memanfaatkan segala khazanah yang ada sesuai dengan kebutuhan aktualnya. Dari basis budaya ini Nusantara Festival diharapkan dapat memberi dampak positif yang holistik secara ekologis, sosial, ekonomi, bahkan juga pemekaran kesadaran spiritual.

Nusantara festival ini direncanakan sebagai perayaan dan apresiasi Narasi Kebudayaan sebagai upaya untuk mengembangkan daya apresiasi masyarakat atas kekayaan narasi lokal yang berdimensi universal, serta karya-karya budaya yang membuka diri terhadap segala kemungkinan keragaman identitas dan segala manifestasi reflektif di masa lalu yang di ekspresikan di masa kini. Selain tujuan di atas Festival ini merupakan wahana pertemuan, antarkelompok, antarkomunitas , yang membuka dialog karya-karya budaya dengan publik, sehingga diharapkan terbangun pemahaman yang mendalam di antara individu maupun komunitas budaya tersebut guna memaknai kembali warisan kearifan visi tradisi Nusantara sekaligus menumbuh-mekarkan kesadaran historis.

Batur Kintamani Bali

Batur, Kintamani, menghamparkan keindahan alam dan spiritualitas, sehingga terciptalah kawasan mulia buah cipta Tuhan yang Mahaagung. Betapa menakjubkan manakala di kawasan situs Batur ini bisa ditemukan 11 gunung dan 11 sumber mata air suci yang mengalir sepanjang hayat dengan variasi suhu dingin sampai panas, variasi warna hijau hingga kuning, bahkan juga berupa tetesan uap. Di Batur, seluruh elemen dasar kehidupan, angkasa, angin, api, air, dan tanah menyatu dalam keabadian di tengah deru zaman. Kepulan asap gunung berapi Batur dengan ketenangan dan kejernihan air Danau Batur senantiasa menghidupi semesta kehidupan di Bali, layaknya ikatan zat api-zat air yang bersama-sama membentuk oksigen. Dalam tatanan bentangan Alam yang demikianlah Gunung Batur dengan segala keunikan dan keotentikannya menjulang sebagai titik pusat kosmologi Balidwipamandala.

Dalam sejumlah teks-teks tua lontar Bali dinamakan Gunung Lebah untuk menunjukkan lokasi-posisinya di kerendahan kedalaman. Tingginya tercatat 1717 di atas permukaan laut setelah meletus dengan sangat dasyat terakhir, 3 Agustus 1926. Gunung Batur di kerendahan kedalaman itu seperti mengingatkan pada jantung yang vital sekaligus menjadi pusat simpul denyut hidup manusia. Dari jantung itu darah dialirkan ke sekujur tubuh ragawi menjadi energi penghidup. Begitu vital, memang, arti Batur bagi semesta utuh-menyeluruh Balidwipamandala. Dari sisi geologi diperkirakan Danau Batur terbentuk dari kaldera Batur purba, setelah terjadinya kaldera Buyan-Beratan, pada akhir masa Pleosin, yang menjadi penyedia pasokan air bagi kehidupan di Bali. Kevitalan-strategis-sentral Danau Batur bukan sebatas pada luas dan volume airnya yang terbesar, tapi justru karena posisinya sebagai simpul segenap danau dan sungai-sungai utama di Balidwipamandala ini.

Dari visi tradisi mistis-kosmologis tradisional teks Raja Purana Pura Batur, Babad Batur, maupun foto satelit, situs Danau Batur merupakan hulu sungai-sungai utama yang mengairi lahan subak-subak se-Bali.****