Cisarua 1/3/2015 – Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) sebagai sayap organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang secara resmi dibentuk pada 29 Januari 2012 silam menyelenggarakan Jambore Nasional ke II pada (27/2 s/d 2/3/ 2015) di Cisarua Bogor. Disamping agenda memilih pengurus baru untuk periode 2015-2017 mendatang, diadakan juga diskusi dengan berbagai thema dan tantangan serta strategi kerja organisasi ke depan. Ada satu hal menarik dalam pertemuan para pemuda dan pemudi adat atau jambore kali ini, bagaimana mereka merumuskan rekomendasi serta visi dan misi untuk agenda kerja pengurus baru BPAN ke depannya melalui diskusi non formal dan santai.
Pemuda dan pemudi dikumpulkan dan dibagi dalam sejumlah kelompok diskusi kecil yang dilakukan dalam tiga putaran, hal ini dimaksudkan untuk menjaring topik bahasan serta usulan dari semua peserta jambore. Pada putaran pertama dengan topik “Apa saja warisan leluhur”. Putaran ke dua “Mimpi-mimpi wilayah adat untuk 30 tahun ke depan” dan Putaran ke tiga “Apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai mimpi tersebut”. Pada putaran ke tiga teridentifikasikan 6 topik bahasan dan 1 topik organisasi sebagai berikut;
1) Kampung, 2) Pengorganisasian, 3) Politik & Advokasi, 4) Partisipasi, 5) Pendidikan, 6) Struktur 7) Kembali ke Identitas. Dapat dikatakan bahwa hasil diskusi “Warung Kopi Dunia” ini merupakan mimpi serta keinginan para peserta.
Apa tantangan generasi muda adat dalam kepemimpinan di komunitas adat dan bagaimana memanggil para pemuda untuk kembali “pulang kampung” dan mengurus wilayah adatnya merupakan topik utama Jambore Nasional pemuda adat BPAN 2015 ini. Sebelumnya pada 23/25 Februari di tempat yang sama juga diselenggarakan “Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Adat”
Ketua Panitia Jambore Nasional Ke II BPAN Syukran Amin mengatakan,” kita mengusung thema yang sedikit berbeda dengan thema jambore sebelumnya. Selama tiga tahun kepengurusan pertama BPAN, kita sadari memang masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Baik itu bersifat internal organisasi maupun pekerjaan yang bersifat eksternal dan berhubungan langsung dengan masyarakat.
“Oleh karenanya jambore ini selain berbicara masalah struktur kepengurusan, juga bagaimana menjadikan BPAN ini pergerakannya jauh lebih muda dari yang ada sebelumnya,” papar Syukran Amin lebih jauh.
“Pesan dari Sekjen AMAN, bagaimana kita membuat gerakan BPAN ini semangatnya semuda mungkin. Karena selama tiga tahun ini kami seolah dipaksa menjadi tua, padahal Barisan Pemuda Adat Nusantara itu sudah jelas untuk anak-anak muda. Di lapangan hampir tidak bisa kita bedakan mana gerakan BPAN dan yang mana AMAN. Jadi dalam jambore ini kita kembalikan visi-misinya ke anak-anak muda, kita ingin membuat apa yang diharapakan oleh anak muda sebagai wadah organisasi yang bisa menampung keinginan-keinginan anak muda,” kata Syukran Amin. ***