Tanjung Gusta 03/08/2015 Film dokumenter adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Pesan film sebagai media komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari visi dan misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi.
Pesan dalam film menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya. Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens.
Demikian hal yang dirasakan ratusan warga Rakyat Penunggu yang hadir dari berbagai kampong ketika menyaksikan film-film tentang Perjuangan Masyarakat Adat dan dari seluruh dunia. Pemutaran film ini atas kerjasama BPRPI dan LifeMosaic, berlangsung di Balai Adat Afnawi Noeh Jln. Ulayat Raya Tanah Adat Rakyat Penunggu Tanjung Gusta No. 01 Simpang 3 Klambir V Jaya Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara (31/07/2015).
Eny Setyaningsih dari LifeMosaic menyampaikan bahwa salah satu tujuan diadakannya launching film di komunitas Rakyat Penunggu sebab LifeMosaic adalah lembaga pendukung Gerakan Masyarakat adat dalam mempertahankan dan Pemulihan hak-haknya, bertanggung jawab untuk mengembalikan informasi-informasi yang telah didapat dari Masyarakat Adat, termasuk informasi yang didapat dari Masyarakat Adat Rakyat Penunggu yang telah diolah menjadi sebuah film. “Mudah-mudahan ini dapat dimanfaatkan Masyarakat adat sebagai alat kampanye untuk memulai penataan tata ruang, menggali potensi ekonomi yang ada di wilayah adatnya dan sebagainya,” ujar Eny.
Sekjen BPRPI Alfi Syahrin SE, mewakili Pengurus Besar Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia (BPRPI), dalam sambutannya menyampaikan mengapresiasi apa yang telah dilakukan LifeMosaic dalam pembuatan film tentang perjuangan Masyarakat Adat dan berharap adanya tindak lanjut dalam perencanan film dokumenter khusus tentang perjuangan Rakyat Penunggu, yang nantinya dapat menjadi tontonan dan pelajaran untuk rakyat penunggu. “Agar anak-anak rakyat penunggu dapat memahami Perjuangan Rakyat Penunggu dalam merebut kembali hak-haknya,” kata Alfi.
Kemudian dalam diskusi yang bertajuk “Keterpurukan Ekonomi di Masyarakat Adat, akibat pembangunan yang tidak adil “(01/08/2015) yang dipandu oleh Eny Setyaningsih dari LifeMosaic dan Khairul Bukhari dari BPRPI berlangsung sangat interaktif ketika fasilitator menanyakan, apa makna tanah dan mimpi besar Masyarakat Adat Rakyat Penunggu. Berbagai macam jawaban mengalir, banyak yang menanggapi dengan sangat serius dan ada juga jawaban dari peserta yang mengundang gelak tawa.
Saat ditanya tentang pelaksanaan acara ini, Rajali dari UKP3 AMAN SUMUT menilai sangat positif dan berharap Masyarakat Adat Rakyat Penunggu dapat lebih memahami untuk membuat perencanaan Tata Ruang sejak dini diatas Wilayah Adatnya.
Khairina Arif dari Perempuan AMAN SUMUT juga mengungkapkan, bahwa banyak manfaat yang didapat dalam acara ini, salah satunya dapat melihat peran perempuan Adat di seluruh dunia yang sangat besar dalam perjuangan dan sebagai penggerak Ekonomi Masyarakat Adat, dan berharap adanya tindak lanjut atas acara ini ****EN