Paris 4/12/2015 – Beberapa kepala negara, termasuk Indonesia, Brasil, dan Kongo, telah membuat komitmen untuk menghentikan deforestasi, peran hutan dan iklim yang merupakan salah satu topik penting pada awal COP21 di Paris, mungkin sebagai akibat langsung dari besarnya tragedi lingkungan dan kesehatan yang terjadi di Indonesia.
“Kita tahu bahwa hutan yang sehat akan menyerap karbon tetapi kita menghancurkan mereka secara besar-besaran,” kata Ricardo Tejada, direktur komunikasi global dari International Union for Conservation of Nature.
.
Ilmu telah memungkinkan untuk memberikan pemahaman yang jauh lebih baik tentang peran hutan tropis secara global. Laporan baru dari Global Forest Watch dan Woods Hole Research Center, yang memetakan besaran karbon di wilayah adat, secara mengejutkan menemukan bahwa 20 persen dari stok karbon di hutan tropis berada di wilayah adat – dan menunjukkan potensi secara drastis memotong deforestasi di dunia dalam waktu singkat.
“Peta karbon di Indonesia menunjukkan bahwa, di wilayah adat menyimpan 32,7 gigaton karbon,” kata Abdon Nababan, Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Sekarang ada pemahaman yang lebih baik tentang peran hutan dalam membantu mencapai tujuan mitigasi secara ambisius.
“Ada dua miliar hektar hutan terdegradasi yang dapat dipulihkan dan pemulihan tersebut bisa menjadi usaha yang besar dalam menanggulangi perubahan iklim,” kata Tejada.
Delegasi Indonesia berbicara tegas selama acara di COP21, mengklaim bahwa dapat membuat perubahan drastis dalam sistem pemerintahan untuk mengurangi kebakaran hutan dan memenuhi target yang telah ditentukan secara nasional melalui INDC (Intended Nationally Determined Contributions )yaitu sebesar 29 persen hingga tahun 2030 dengan busniss as usual
Negara-negara dengan tutupan hutan yang signifikan terlibat pada COP21sejak awal. Sekarang saatnya dunia untuk bertindak dan menunjukkan pentingnya hutan tropis.
Berikutnya diagenda tersebut menunjukkan alokasi dana dari Green Climate Fund, yang bertujuan berinvestasi sebesar US $ 100 miliar untuk negara berkembang per tahun pada tahun 2020 untuk perlindungan hutan, dan mencari cara terbaik untuk memperluas dan memperkuat REDD + untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. ***Artikel Asia Tenggara & Pasifik SciDev.Net