Pelatihan Drone
Cisarua 15/4/2016 – Drone (Wahana Tanpa Awak) adalah jenis pesawat tanpa awak yang dikendalikan oleh pilot yang berada di tanah. Pada awalnya fungsi drone adalah pesawat mata-mata dalam bidang militer, saat ini penggunaan drone sudah banyak dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan, termasuk salah satunya untuk kegiatan pemetaan suatu wilayah.
Aeroteknindo mengadakan pelatihan bagaimana tehnik menerbangkan drone secara baik dengan instruktur kegiatan Kang Arris. Peserta kegiatan pelatihan diikuti oleh 11 peserta yaitu dari JKPP (3 orang), FWI (5 orang), dan AMAN (3 orang) masing-masing menjadi satu team.
Materi pelatihan WTA ini dimulai dengan pengenalan dan simulasi penerbangan WTA. Peserta mendapat penjelasan mengenai fungsi-fungsi komponen pesawat dan pengaruhnya terhadap fungsi pesawat, cara landing dan take off pesawat. Pengenalan berlangsung singkat karena para peserta sudah memahami tentang WTA dari pelatihan sebelumnya.
Pembuatan Misi dan Praktek Penerbangan
Pembuatan misi dilakukan dengan program Mission Planner, peserta diajarkan cara kalibrasi kompas, kalibrasi radio, merancang misi, menggunakan peta dan menganalisis kondisi medan terbang (arah angin, ketinggian, jalur misi).
Praktek penerbangan menggunakan pesawat quadcopter (pesawat yang menggunakan 4 rotor menghadap ke atas), quadcopter digunakan jika daerah yang hendak difoto merupakan lingkup yang kecil atau kondisi yang membutuhkan wahana stabil dan pelan, quadcopter cenderung lebih mudah dioperasikan daripada tipe wing (pesawat bersayap). Praktek Misi terbang ini dilakukan di atas hamparan kebun teh (Gambar 2) dan menghasilkan foto udara di wilayah seluas 15 Hektar (Terlampir).
Quadcopter yang digunakan berjumlah 3 pesawat (Aeroteknindo, FWI dan JKPP) dan setelah beberapa kali penerbangan, dua pesawat mengalami crash yaitu pesawat FWI yang diterpa angin kencang dan pesawat JKPP mengalami kesalahan balancing motor.
Pengolahan Data Foto Udara
Foto udara diolah menggunakan program Agisoft Photoscan dan Global Mapper, Agisoft Photoscan digunakan untuk menyatukan mozaik foto udara yang dihasilkan. Proses penyatuan ini melalui 4 tahap, yaitu Align foto, build dense cloud, build mesh, build model texture. Kemudian setelah disatukan, foto tersebut dapat di export menjadi format Geotiff, ECW, DEM (Digital Elevation Model) dan Jpeg (Gambar 3). Hasil export tersebut kemudian dapat diolah atau dianalisis menggunakan Program Global Mapper.
Pengambilan gambar dengan menggunakan Camera Casio S100, Foto Udara yang dihasilkan memiliki keakurasian hingga 35 cm per piksel foto, Foto yang berformat DEM dapat digunakan untuk menganalisis ketinggian suatu wilayah. Kedua keunggulan foto udara ini cocok untuk membantu pemetaan di wilayah yang luas dan sulit dijangkau. Pelatihan ini rencananya dilanjutkan untuk misi penerbangan sungguhan yaitu pemetaan. ***Sapot