Anak Pulau Kumo Menjaga Alam

Anak-anak Pulau Kumo saat tanam Manggrove Bersama
Anak-anak Pulau Kumo saat tanam Manggrove Bersama

Menjaga alam bukan hanya bisa dilakukan oleh pemerintah, pakar lingkungan, LSM atau orang dewasa. Menjaga alam menjadi tanggung jawab semua orang termasuk anak-anak. Menjaga alam bukan cuma dibicarakan namun yang paling penting adalah dengan aksi nyata. inilah yang dilakukan oleh anak-anak di Pulau Kumo, mereka menanam mangrove untuk menjaga pulau dari gerusan abrasi.

Pulau Kumo adalah salah satu pulau yang berada dalam wilayah Hoana Gura. Luasan pulau ini sekitar 54 hektar. Pulau yang kecil ini rentan terhadap dampak dari perubahan iklim seperti abrasi, banjir rob dan krisis air, demikian disampaikan Albert Ngingi dalam diskusi sore bersama 30-an anak di Pulau Kumo (Kamis, 15/5/2015).

Anak-anak di Pulau Kumo juga sadar adanya ancaman abrasi terhadap pulau mereka. Mereka tahu bahwa ada beberapa tempat dimana air laut naik, masuk ke kebun kelapa dan menyebabkan tanaman kelapa mati. Ada juga beberapa anak yang menjelaskan kenapa Soki (sebutan lokal untk Mangrove) harus di jaga karena ada banyak ikan di sana.

Kita biasa kalau pulang sekolah pi bacari ikan di soki pe akar-akar karena disitu paleng banyak,” ungkap Rian, siswa kelas 2 SD yang ikut berdiskusi dengan telanjang dada serta celana yang basah karena baru selesai mandi di pantai. Mangrove dan laut memiliki hubungan yang erat dengan anak-anak ini. Selain berfungsi sebagai buffer zone, mangrove juga menjadi tempat bermain anak-anak sewaktu pulang sekolah.

Anak-anak di Pulau Kumo juga tahu bagaimana menjaga pulau agar bisa tetap dapat ikan. Mereka sadar bahwa dengan menanam Soki dan menjaganya adalah salah satu cara yang efektif yang bisa dilakukan oleh mereka karena mudah dan murah. “Torang tara punya doi makanya torang tar bisa biking swering (talud), itu musti pemerintah. Yang torang bisa biking adalah tanam Soki saja,” ujar Titin yang diamini oleh teman-temannya. anak-anak sangat antusias dan bertanya tentang bumi dan proses-proses yang terjadi di dalamnya

Diskusi ini kemudian dilanjutkan esok harinya dengan aksi lapangan anak-anak. Pagi hari saat air laut mulai surut, para anak-anak telah bersiap untuk mulai menanam mangrove. Hampir 50 orang anak sudah menunggu. Lumpur dan terik matahari tak menjadi hambatan mereka untuk beraksi bagi pulau, tanam mangrove untuk selamatkan Pulau Kumo. Ada sekitar 100 bibit mangrove yang berhasil ditanam oleh anak-anak ini.

“Kami berharap ini bisa menjadi tindak nyata peran anak dalam menjaga pulau ini dan bisa menjadi contoh bagi para orang dewasa tentang bagaimana menjaga pulau ini,” ujar Wati Widadari, generasi muda Kumo yang mendampingi anak-anak. Wati juga menambahkan kalau saat ini mereka sedang mengembangkan pendidikan non formal untuk budaya di Pulau Kumo. Pelajaran tentang alam berdasarakn pengetahuan tradisional akan dimasukan juga dalam pembelajaran sanggar budaya ini sehingga kesadaran itu sudah dimiliki sejak usia dini.***Abe N