Penulis: Henriana Hatra
Jakarta (6/8/2019), www.aman.or.id – Perayaan 20 Tahun AMAN yang juga bersamaan dengan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2019 akan dibuka dengan ritual tradisi leluhur Sunda: Rajah Bubuka dan Angklung Buhun.
Berdasarkan penuturan sejarah para Olot di Masyarakat Adat Kasepuhan yang tersebar di Banten Kidul, maka acara yang di dalamnya melibatkan Masyarakat Adat Kasepuhan, wajib melaksanakan ritual Rajah Bubuka dan Angklung Buhun.
Rajah merupakan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh juru kawih dan diiringi oleh musik kecapi dan suling yang tujuannya berdoa meminta perlindungan dan memanggil roh leluhur Sunda. Dalam memainkan rajah tidak bisa semabrangan melainkan terdapat aturan di dalamnya. Tidak boleh merubah lirik lagu, irama lagu, dan musik lagu.
Rajah terbagi menjadi dua yaitu Rajah Bubuka dan Rajah Pamunah. Rajah Bubuka adalah rajah yang dimainkan sebagai pembuka dari sebuah pertunjukan atau upacara adat yang berisi doa dan pemanggilan roh leluhur Sunda seperti Prabu Siliwangi. Sedangkan Rajah Pamunah adalah rajah yang dimainkan setelah pementasan atau upacara adat selesai dilaksanakan yang berisi ungkapan rasa syukur.
Ada cerita menarik seputar rajah ini. Salah satunya Rajah Siliwangi yang apabila kita memainkannya sembarangan dan tengah malam, maka akan datang harimau atau harimau putih yang merupakan jelmaan dari Prabu Siliwangi. Rajah ini biasanya ada pada pertunjukan cerita pantun, cerita wayang, wayang golek, teater Sunda, upacara adat.
Selain Rajah Bubuka dan Angklung Buhun akan diritualkan oleh Masyarakat Adat Kasepuhan dari Banten juga akan hadir sekira 300-an peserta yang akan ikut serta.