Khas Mentawai: Toek dari Saureinu

Ulricke Anugrah Putri

 

Mentawai – Toek adalah makanan khas komunitas adat Saureinu dan menyebar di seluruh pelosok Pulau Sipora Mentawai.

Toek ini hasil dari rendaman kayu di sungai yg dialiri pasang surut. Toek sendiri akan berisi selama paling cepat tiga (3) bulan sejak di rendam di sungai. Adapun kayu khusus untuk pembuatan Toek di antaranya seperti pohon Tumung, pohon Bakbak, pohon Mai Geuk-geuk dan pohon Ettet.

Jika cuaca kemarau Toek tidak akan berisi karena airnya tidak lancar jalan. Di musim hujan deras pun atau lebih di kenal sebagai Eba (banjir sungai), isi Toek juga tidak bagus karena airnya tidak bersih.

Di tengah-tengah Toek di beri lobang kecil, guna untuk pengikat Toek, dan Toek yg sudah di letteu (diikat) di beri kayu pelampung yaitu Maggeak (bambu) atau Loinak Bagok (batang pisang).

Adapun pantangan dalam pembuatan Toek adalah apabila kita sedang mengalami Masiletteu (menstruasi). Selama pembuatan Toek juga tidak boleh melakukan Mumagri (keramas) karena dianggap akan mengundang turunnya hujan deras.

Filosofi Toek

  1. Asak Toek yang menjadi dasar dia berisi. Badannya lembek lembut dia mampu menembus kayu sekeras apapun. Artinya, niat dan fokus sebesar apapun tantangan, dia akan tetap fokus pada tujuannya.
  2. Toek tidak pernah di temukan dalam satu lobang kayu dua isi. Artinya ddia bisa mandiri atau berdiri sendiri.
  3. Toek adalah simbol kebersamaan yang berarti kekompakan tanpa perselisihan.

 


Pewarta adalah pengelola radio komunitas di Mentawai.